Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda:
كَـمُـلَ مِنَ الرِّجَالِ كَثِيرٌ، وَلَمْ يَكْمُلْ مِنَ النِّسَاءِ غَيْرُ مَرْيَمَ بِنْتِ عِمْرَانَ، وَآسِيَةَ امْرَأَةِ فِرْعَوْنَ، وَإِنَّ فَضْلَ عَائِشَةَ عَلَى النِّسَاءِ كَفَضْلِ الثَّرِيدِ عَلَى سَائِرِ الطَّعَامِ
“Orang yang sempurna kemuliaannya dari kalangan laki-laki banyak, namun wanita yang sempurna kemuliannya hanyalah Asiyah istri Firaun dan Maryam binti Imran. Dan keutamaan Aisyah atas semua wanita seperti keutamaan tsarid(jenis roti terbaik) atas segala makanan”. (Muttafaq ‘alaihi)
Sungguh demi Allah, kurasakan getaran hatiku yang seakan tergoncang kuat saat kutorehkan tinta penaku, menuliskan ungkapan dahsyat nan agung ini. Dalam tulisan yang singkat ini, kita akan sekejap bersama seorang wanita yang memiliki gelaran agung yang tak sanggup kutuliskan karena kesempurnaan sosoknya.
Dialah seorang pendekar wanita yang berhasil memperjuangkan keimanannya menghadapi raja diktator terkuat sepanjang sejarah manusia. Dialah sosok wanita perkasa yang tak satu pun penyair tersohor sanggup untuk mengabadikan sirohnya. Sehingga Allah subhanahu wata’ala yang langsung turut andil mengabadikan sirohnya dalam kitab agung yang dibaca hingga akhir zaman. Dia lah sang pemilik sosok yang agung dan lambang kemuliaan. Dia seorang ibu rahmah penuh kasih sayang sekaligus pendekar wanita yang perkasa. Dia lah Asiyah binti Muzahim istri dari seorang Firaun, musuh Allah yang terlaknat.
Asiyah rahimahallah bukanlah sekedar seorang istri biasa, pendamping seorang lelaki yang biasa. Namun ia adalah seorang ratu bermahkotakan emas, berhias batu permata intan berlian yang tak berbilang. Dia lah ratu mesir kuno yang wilayahnya bak surga Allah di dunia. Asiyah binti Muzahim rahimahallah rela meninggalkan gemerlapnya kemewahan itu demi meniti jalan Allah.
Sebenarnya rahasia yang menjadikanku memilih sosok Asiyah dengan menganugrahkan padanya gelar wanita terkuat sepanjang sejarah, bukan hanya sekedar karena ia telah berhasil menaklukkan raja yang paling kuat. Akan tetapi, rahasia kekuatan dan kehebatan Asiah muncul karena kemenangannya menghadapi hawa nafsunya sendiri. Wanita perkasa ini telah rela meningggalkan limpahan emas permata serta istana megah milik suaminya Firaun. Dia korbankan segala keduniaannya demi melawan nafsunya dan Firaun demi sebuah jalan fi sabilillah.
Sungguh ia telah mengalahkan seorang lelaki yang dengan congkak menyeru kaumnya bahwa dia lah tuhan yang paling tinggi. Sungguh Asiah telah menjual dunianya demi akhiratnya. Ia tinggalkan istana megah dan memilih tinggal disebuah rumah disisi Allah.
Dialah Asiyah binti Muzahim bin Ubaiduddayyan bin Walid. Dia berasal dari sebuah qabilah arab di Jazirah Arabiah. Ayahnya adalah seorang raja di antara sekian kerajaan yang tunduk di bawah hukum Mesir pada zaman kejayaan Dinasti Firaun. Di antara kebiasaan raja-raja dahulu adalah saling menjalin hubungan kekeluargaan dalam bingkai pernikahan. Jatuhlah pilihan Firaun mempermaisurikan putri Asiah yang kemudian memiliki tempat istimewa di hati Firaun yang tak dimiliki istri-istri yang lain. Walaupun Asiah adalah seorang wanita yang tak berketurunan. Oleh sebab itu, ketika Asiah melihat sebuah keranjang yang dihanyutkan oleh Ummu Musa di atas aliran sungai Nil, hatinya pun langsung terpaut pada keranjang yang tak bertuan itu.
Kita beranjak menuju sungai yang membelah dataran benua afrika sebelah utara. Mari sejenak berkhayal, mencoba mengenang kembali bagaimana saudari Musa mengayuhkan kakinya selangkah demi selangkah sambil mengawasi keranjang yang dihanyutkan ibunya di atas aliran sungai Nil :
وَأَوْحَيْنَآ إِلَىٰٓ أُمِّ مُوسَىٰٓ أَنْ أَرْضِعِيهِ ۖ فَإِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَأَلْقِيهِ فِى ٱلْيَمِّ وَلَا تَخَافِى وَلَا تَحْزَنِىٓ ۖ إِنَّا رَآدُّوهُ إِلَيْكِ وَجَاعِلُوهُ مِنَ ٱلْمُرْسَلِينَ
“Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; “Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul.”
فَٱلْتَقَطَهُۥٓ ءَالُ فِرْعَوْنَ لِيَكُونَ لَهُمْ عَدُوًّا وَحَزَنًا ۗ إِنَّ فِرْعَوْنَ وَهَٰمَٰنَ وَجُنُودَهُمَا كَانُوا۟ خَٰطِـِٔينَ
“Maka dipungutlah ia oleh keluarga Fir’aun yang akibatnya dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Fir’aun dan Haman beserta tentaranya adalah orang-orang yang bersalah.“
وَقَالَتِ ٱمْرَأَتُ فِرْعَوْنَ قُرَّتُ عَيْنٍ لِّى وَلَكَ ۖ لَا تَقْتُلُوهُ عَسَىٰٓ أَن يَنفَعَنَآ أَوْ نَتَّخِذَهُۥ وَلَدًا وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ
“Dan berkatalah isteri Fir’aun: “(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak”, sedang mereka tiada menyadari.”
وَأَصْبَحَ فُؤَادُ أُمِّ مُوسَىٰ فَٰرِغًا ۖ إِن كَادَتْ لَتُبْدِى بِهِۦ لَوْلَآ أَن رَّبَطْنَا عَلَىٰ قَلْبِهَا لِتَكُونَ مِنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ
“Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hatinya, supaya ia termasuk orang-orang yang percaya (kepada janji Allah).“
وَقَالَتْ لِأُخْتِهِۦ قُصِّيهِ ۖ فَبَصُرَتْ بِهِۦ عَن جُنُبٍ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ
“Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan: “Ikutilah dia” Maka kelihatanlah olehnya Musa dari jauh, sedang mereka tidak mengetahuinya,“
وَحَرَّمْنَا عَلَيْهِ ٱلْمَرَاضِعَ مِن قَبْلُ فَقَالَتْ هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَىٰٓ أَهْلِ بَيْتٍ يَكْفُلُونَهُۥ لَكُمْ وَهُمْ لَهُۥ نَٰصِحُونَ
“Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusui(nya) sebelum itu; maka berkatalah saudara Musa: “Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu ahlul bait yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?“.
فَرَدَدْنَٰهُ إِلَىٰٓ أُمِّهِۦ كَىْ تَقَرَّ عَيْنُهَا وَلَا تَحْزَنَ وَلِتَعْلَمَ أَنَّ وَعْدَ ٱللَّهِ حَقٌّ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
“Maka kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allah itu adalah benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.”
Setelah membaca seksama kisah yang Allah ceritakan langsung dalam al-Quran Surat al Qashosh ayat 7-13 itu, seakan ia sepadan dengan firman Allah :
“Dan mereka merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami pun merencanakan makar, sedang mereka tidak menyadari.” (Q.S.an-Naml : 50)
Terlihat bagaimana makar firaun membunuh bayi-bayi tak berdosa karena tak ingin kekuasaannya dihancurkan oleh musuh yang akan lahir. Ternyata musuh yang selama ini ditunggu-tunggu olehnya keluar dari rumahnya sendiri, dia lah Musa. Akupun berharap semoga Allah mengutus pembela agama dan mengembalikan kejayaannya dari rumah musuh terbesar islam di zaman ini. Sebagaimana Musa yang dikenal sebagai anak kesayangan firaun tampil mengembalikan kejayaan umatnya setelah tiga abad dalam kehinaan dan keterpurukan.
Akan tetapi sebuah pertanyaan yang kita harus jawab : Apakah ada di antara kaum wanita kita yang menyamai seorang Ummu Musa? Beliau rela menanggung ujian berat berpisah dengan bayi kecilnya. Dan adakah di antara wanita kita semisal Asiah binti Muzahim? Apakah kalian tahu atas dasar apa seorang ratu yang selalu dimanjakan dengan permadani sutra dan berbantalkan emas berlian, sehingga ia mampu bersabar?
Firaun memberikan kepadanya dua pilihan antara kufur atau siksa pedih. Maka dengan percaya diri serta iman yang kokoh, ia memilih menanggung siksa daripada rela menjual rugi keimanan. Firaun dengan bejadnya turun tangan melakukan penyiksaan agar istrinya mau melepaskan aqidah dan “virus” yang telah ditularkan Musa padanya. Berbagai macam penyiksaan ia rasakan, namun tak sedikit pun menggoyahkan keyakinannya. Ia tetap bersabar serta mengharap ganjaran dari Sang Maha Kuasa.
Firaun naik pitam melihat pemandangan yang berhasil memancing panas lahar amarahnya sampai ubun-ubun. Segera Firaun memerintahkan prajuritnya untuk menghempaskannya di atas tanah dan diikat di antara empat pasak, agar cambukan membekas keseluruh tubuhnya. Akan tetapi ia masih dalam kesabarannya dan harapan pahala atas rasa sakit yang dialaminya. Setelah itu, si bejad Firaun memerintahkan prajuritnya untuk melemparkan batu besar ke atas dada Asiah. Akan tetapi sebelum itu, Firaun menghampirinya seraya menawarkan ampunan dengan syarat bersedia berpindah keyakinan. Asiah memandang Firaun dengan pandangan penuh hina. Kemudian memandang ke arah langit dalam keadaan terlentang terikat dari empat sisi. Kemudian ia memanjatkan doa dahsyat yang tidak pernah ditengadahkan sepanjang sejarah. Doa yang terukir dalam firman suci abadi sampai akhir masa :
رَبِّ ٱبْنِ لِى عِندَكَ بَيْتًا فِى ٱلْجَنَّةِ وَنَجِّنِى مِن فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهِۦ وَنَجِّنِى مِنَ ٱلْقَوْمِ ٱلظَّٰلِمِينَ
“Ya Rabbku, bangunkanlah untukku di sisi-Mu sebuah rumah dalam firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim. (Q.S.at-Tahrim : 11)
Wanita mulia ini memilih berada di sisi Allah sebelum meminta rumah dalam surga. Ini terlihat dari susunan kata dalam doanya. Ia menyebutkan (عندك) yang berarti “di sisi-Mu”, lalu kemudian menyebutkan (بيتا) yang berarti “rumah”. Seketika itu pula doanya dikabulkan oleh Allah subhanahu wata’ala. Ruhnya yang suci terangkat menuju Sang Pencipta. Didampingi para malaikat yang menaunginya dengan sayap-sayap mereka. Mengantarkan sang putri ke istana abadi di sisi-Nya untuk menjadi penghuni surga yang kekal nan abadi.
Sumber : wahdah.or.id