ARTIKEL – Sebaik-baik guru dan teladan kita baginda Nabi Muhammad shollallohu ‘alayhi wasallam mengajarkan kita doa untuk terhindar dari musibah sebagai berikut :
اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا يَحُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ وَمِنْ الْيَقِينِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مُصِيبَاتِ الدُّنْيَا وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا وَلَا تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دِينِنَا وَلَا تَجْعَلْ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لَا يَرْحَمُنَا
“Ya Allah, curahkanlah kepada kami rasa takut kepada-Mu yang menghalangi kami dari bermaksiat kepada-Mu, dan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami kepada Surga-Mu, dan curahkanlah keyakinan yang meringankan musibah di dunia. Berilah kenikmatan kami dengan pendengaran kami, penglihatan kami, serta kekuatan kami selama kami hidup, dan jadikan itu sebagai warisan dari kami, dan jadikan pembalasan atas orang yang menzhalimi kami, dan tolonglah kami melawan orang-orang yang memusuhi kami, dan janganlah Engkau jadikan musibah kami pada agama kami, dan jangan Engkau jadikan dunia sebagai impian kami terbesar, serta pengetahuan kami yang tertinggi, serta jangan engkau kuasakan atas kami orang-orang yang tidak menyayangi kami“. (HR. Tarmidzi)
Pada penggalan di bagian akhir doa di atas,
Walaa taj’al mushiibatana fii diinina, walaa taj’aliddunya akbara hamminaa (dan janganlah Engkau jadikan musibah kami pada agama kami, dan jangan Engkau jadikan dunia sebagai impian kami terbesar).
Menekankan dan menegaskan, bahwa sungguh sebesar-besarnya musibah dan sedahsyat-dahsyatnya ujian menimpa seseorang, bukanlah kematian, atau kehilangan harta, atau kedudukan yang tidak bisa diraih, atau penyakit yang tidak berujung pada kesembuhan. Melainkan musibah yang menimpa agamanya, musibah yang menyebabkan redupnya atau padamnya cahaya hati sehingga mengabaikan dan melupakan Rabb-nya.
Apabila seseorang tertimpa dengan musibah yang paling besar ini, yaitu dengan berpalingnya dia dari ketaatan kepada Allah, terjangkiti syubhat dan syahwat pada agamanya, maka itulah sebesar-besarnya musibah yang menimpanya di dunia ini. Dan itulah sebenar-benarnya kerugian di dunia dan kerugian di akhirat.
Dalam upaya mendapatkan kesembuhan, misalnya bagi seorang muslim yang tertimpa musibah PENYAKIT. Penyakit seperti apa pun bentuk dan jenisnya, yang menggerogoti kesehatan fisiknya, baik yang sifatnya medis atau non medis, wajib baginya berikhtiar mencari penyembuhan dengan cara-cara yang benar. Dengan cara-cara yang disyariatkan dalam ajaran Islam.
Islam mengajarkan ikhtiar penyembuhan dengan wahyu melalui ruqyah, atau bekam, atau dengan pengobatan herbal. Dan atau melengkapi dan menyempurnakannya dengan pengobatan secara medis, melalui konsultasi kepada dokter spesialis atau melalui sarana obat-obat medis, dlsb.
Selain itu, wajib bagi seorang muslim untuk meninggalkan dan menjauhi pengobatan yang merusak akidah dan agama, semisal pengobatan melalui perdukunan, melalui ramalan dan tukang sihir, melalui benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan magic semisal batu akik, keris pusaka, tali pocong perawan, jimat-jimat, mantra-mantra dlsb.
Semoga Allah menjaga kita dari musibah yang paling berbahaya di dunia ini, dan semoga Allah mengaruniakan seutama utama nikmat di dunia ini, yaitu nikmat iman, Islam, dan Al Qur’an.
Penulis: Ust. Dr. Samsul Basri, S.Si., M.E.I (Ketua Umum PP Pemuda Wahdah Islamiyah)