ARTIKEL – Terkadang setan tidak serta merta menjerumuskan manusia ke dalam perbuatan dosa, melainkan pada banyak keadaan dengan kelicikannya ia menjadikan beberapa wasilah untuk mengantarkan mereka terjatuh ke dalam perbuatan dosa.
Oleh karena itu, pada beberapa ayat dalam Al quran Allah Subhanahu Wata’ala memperingatkan hamba-hambaNya untuk tidak mengikuti langkah-langkah setan, di antaranya Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan! Siapa yang mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya dia (setan) menyuruh (manusia mengerjakan perbuatan) yang keji dan mungkar.” (QS. An-Nur: 21).
Syekh As-Sa’di berkata ketika menafsirkan ayat ini bahwa langkah-langkah setan yang dimaksudkan mencakup seluruh kemaksiatan, baik itu kemaksiatan yang berkaitan dengan hati, lisan dan anggota tubuh lainnya.
Di antara wasilah yang dapat mengantarkan seseorang terjatuh ke dalam perbuatan dosa dan maksiat adalah sifat malas. Sifat malas merupakan salah satu sifat tercela yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam meminta perlindungan diri darinya, dalam sebuah hadis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berdoa:
“Ya Allah, Aku berlindung kepadaMu dari sifat malas, berlindung kepadaMu dari sifat pengecut, berlindung kepadamu dari sifat pikun dan berlindung kepadamu dari sifat kikir.” (HR. Bukhari no. 5894).
Sebagian ulama mendefinisikan bahwa sifat malas yaitu timbulnya rasa berat dari dalam diri untuk melakukan suatu hal yang seharusnya dikerjakan (padahal ia mampu melakukannya) dan atau tidak adanya keinginan dari dalam diri untuk melakukan suatu kebaikan. (Lihat: Faidh Al-Qadir: 2/154).
Dari definisi ini dapat dipahami bahwa jikalau muncul rasa berat dari dalam diri untuk melakukan kebaikan maka secara tidak langsung akan membuka ruang bagi setan untuk membisikan agar melakukan keburukan dan ia (setan) akan memudahkan jalannya untuk itu.
Sifat malas juga merupakan di antara sifat orang-orang munafik yang Allah sebutkan dalam Alquran, Allah berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah membalas tipuan mereka (dengan membiarkan mereka larut dalam kesesatan dan penipuan mereka). Apabila berdiri untuk salat, mereka melakukannya dengan malas dan bermaksud riya di hadapan manusia. Mereka pun tidak mengingat Allah, kecuali sedikit sekali.” (QS. An-Nisa: 142).
Di samping itu, sifat malas juga melahirkan dampak buruk bagi seseorang di antaranya:
- Menjadikan seseorang tidak bersemangat dalam beribadah.
- Peluang bagi setan untuk membisikkan hal-hal buruk kepadanya.
- Sifat malas akan melahirkan penyakit hati dan menjadikan hati keras sehingga tak lagi dapat terpengaruh dengan ayat-ayat Alquran atau petuah yang disampaikan kepadanya.
- Lalai dengan setiap amanah yang dilimpahkan kepadanya.
- Menghabiskan waktu tanpa amalan yang memberi manfaat bagi dunia dan akhiratnya.
Oleh karena itu, seorang muslim hendaknya memperbanyak doa kepada Allah agar terhindar dari sifat tercela ini dan mengisi setiap waktu yang ia miliki dengan kegiatan yang bermanfaat bagi dirinya di dunia ataupun di akhirat kelak. Karena tidaklah rasa malas datang kecuali disebabkan kosongnya aktivitas di tengah waktu luang.
Di antara wasilah yang disebutkan para ulama agar terhindar dari sifat malas adalah:
- Senantiasa bersegera untuk melakukan kebaikan dan tidak menunda-nundanya.
- Selalu bersama dengan orang-orang yang memiliki semangat dan etos kerja serta menjauhi orang-orang pemalas.
- Menggerakkan semangat untuk dapat meraih tujuan dari setiap amalan yang dikerjakan.
- Banyak membaca sirah para ulama yang senantiasa memotivasi untuk bangkit dan beramal.
Ahli hikmah berkata, “Jauhilah dari kalian rasa malas dan kejenuhan, karena jika engkau malas maka engkau tidak mampu menunaikan suatu hak, sementara jika engkau jenuh maka engkau tidak akan mampu bersabar di atas kebenaran”. (Lihat: Faidh Al-Qadir: 1/278).
Dikisahkan bahwa sekelompok orang datang kepada seorang alim (yang sementara mengajar muridnya) lalu berkata, “Wahai sang alim, sesungguhnya kami datang untuk bertanya kepadamu, apakah kamu dapat memberikan kami jawaban?”, Sang alim menjawab, “Bertanyalah, namun jangan kalian memperbanyak pertanyaan karena sesungguhnya siang hari tidak akan kembali, begitu pun umur tidak akan terulang, sementara murid (yang di depanku ini) sangat bersungguh-sungguh datang untuk menimba ilmu”. Maka mereka pun berkata, “Wasiatilah kami!” Maka sang alim berkata, “Berbekallah secukup perjalanan kalian, karena sebaik-baik bekal apa yang bermanfaat di esok hari”, lalu sang alim melanjutkan, “Ketahuilah, hari-hari ibarat lembaran-lembaran umur, maka isilah lembaran-lembaran itu dengan sebaik-baik amalan, karena setiap kesempatan yang datang ia berlalu begitu cepat secepat berlalunya awan, dan ketahuilah bahwa menunda-nunda pekerjaan termasuk sifat para pemalas.” (Lihat: Mawarid Adz-Dzam’an: 1/8).
Semoga Allah Subhanahu Wata’ala menghindarkan kita dari sifat ini dan memberikan taufik-Nya kepada kita agar senantiasa mengisi waktu-waktu luang dengan hal-hal yang bermanfaat, Amin.
Sumber: https://markazinayah.com/jauhi-malas-raih-jutaan-manfaat/?doing_wp_cron=1685540915.6097879409790039062500 | Markaz Inayah