ARTIKEL – Tidak jarang kita mendapati seseorang yang telah berputus asa dari sebuah harapan atau cita-cita yang hendak diraihnya, begitu pula tak sedikit kita mendengar betapa banyak yang berputus asa dari menjemput pintu taubat (rahmat Allah) atas gelimang dosa yang telah ia perbuat; kesemuanya itu disebabkan oleh lemahnya kekuatan iman dan kepercayaan di dalam hati. Padahal bagi seorang muslim tidak sepatutnya kata “putus asa” ada dalam kamus kehidupannya, sebab baginya ada satu pintu kekuatan yang jika ia ketuk maka segala problematika yang ia hadapi akan terpecahkan (dengan izinNya) karena kekuatannya tak tertandingi oleh kekuatan yang lain, itulah kekuatan doa yang dapat menembus pintu-pintu langit.
Doa bagi seorang muslim bagaikan ruh yang dengannya ia dapat hidup, dan ia adalah senjata terampuh untuk menaklukkan segala kegundah-gulanaan yang melanda hati dan pikiran dari berbagai permasalahan yang dihadapi di dunia. Oleh karenanya, baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam mensifati doa sebagai senjata orang beriman. Bahkan beliau menjadikan Doa sebagai inti dari seluruh ibadah yang dilakukan oleh seorang hamba kepada Rabbnya, sehingga dalam sebuah hadis beliau bersabda:
“Doa adalah ibadah” (HR.Tirmizi No.2969)
Di dalam al Quran Allah subhanahu wa ta’la memerintahkan hambaNya untuk memanjatkan doa dan Dia sendirilah yang menjanjikan untuk mengabulkan doa-doa tersebut, Allah berfirman:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ ࣖ
Artinya: “Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu (apa yang kamu harapkan). Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri tidak mau beribadah kepada-Ku akan masuk (neraka) Jahanam dalam keadaan hina dina”. QS.Gafir: 60.
Dan bagi Allah tidak ada yang mustahil atasNya untuk memberikan dan mengabulkan apapun harapan dan permintaan para hambaNya selama yang dipinta bukan sesuatu yang haram.
Betuk Pengabulan Doa dari Allah
Namun, bentuk pengabulan dari Allah dijelaskan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melalui sabdanya:
“Tidaklah seorang muslim berdoa kepada Allah dengan doa yang di dalamnya tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturahim melainkan Allah akan mengabulkannya melalui satu dari tiga hal: Disegerakan di dunia, ditunda pada hari akhirat kelak, atau dengan cara Allah menyelamatkannya dari musibah yang semisalnya”. (HR. Ahmad No. 11302)
Ini adalah bentuk kemurahan dan kasih sayang Allah kepada hamba-hambaNya, serta menunjukkan betapa dekatnya Sang Pencipta kepada hambaNya, Oleh karena itu Allah mengabarkan melalui firmannya:
وَاِذَا سَاَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌ ۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِۙ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ
Artinya: “Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang Aku, sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. QS. Al Baqarah: 186.
Bahkan di antara bentuk kasih sayang Allah kepada hambaNya adalah Dia akan murka kepada siapa saja yang enggan meminta dan berdoa kepadaNya sebagaimana dalam sebuah hadis:
“Barang siapa yang enggan meminta kepada Allah (berdoa), maka Allah akan murka terhadapnya”. HR.Tirmizi No.3373.
Dahsyatnya Doa di Waktu dan Kondisi Ini
Doa merupakan ibadah yang dapat dilakukan oleh siapapun, kapanpun dan di manapun berada serta pada kondisi apapun, doa tidak terbatas dengan ucapan lisan bahkan Allah akan mendengar panjatan doa dari hati-hati hambaNya, doa juga tidak mesti menggunakan bahasa arab, bahasa apapun Allah akan mendengarnya.
Kendatipun doa dapat dilakukan pada setiap waktu, namun ada beberapa waktu dan kondisi yang menjadikan kekuatan doa lebih dashyat dari biasanya dan peluang untuk dikabulkannya lebih besar; seperti ketika seseorang sujud, di sepertiga malam terakhir, di penghujung hari jumat, di antara dua khutbah, antara azan dan iqamah, pada hari arafah.
Adab-adab di dalam Berdoa
Di antara adab yang perlu diperhatikan saat berdoa adalah mengawali doa dengan puji-pujian kepada Allah, berselawat kepada Nabi, dan dengan menunddukan hati serta merendahkan diri di hadapan Maha pengabul doa, Allah berfirman:
اُدْعُوْا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَّخُفْيَةً ۗاِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِيْنَۚ
Artinya: “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang lembut. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” QS. Al Baqarah: 55.
Di antara adab yang perlu diperhatikan saat berdoa adalah mengikhlaskan hati semata-mata karena Allah dan tidak menyekutukanNya di dalam doa dengan menyelipkan permintaan kepada selainNya, karena yang demikian adalah bentuk kesyirikan. Juga di antara adab lainnya adalah yakin bahwasanya Allah akan mengabulkan doanya, sebagaimana dalam hadis:
“Janganlah salah seorang di antara kalian berkata tatkala berdoa: Ya Allah ampunilah aku jika Engkau hendaki, melainkan yakinlah (dengan menguatkan tekad) di dalam doanya, karena sesungguhnya tidak ada penghalang bagi Allah (untuk mengabulkannya)”. (HR.Ibnu Majah No.3854)
Dan di antara adab doa yang lain adalah mengulangi-ulangi permohonan kita kepada Allah, mengangkat kedua tangan saat berdoa sebab Allah akan malu untuk mengembalikan tangan seorang hamba yang diangkat untuk berdoa tanpa ada balasan dariNya.
Setelah mengetahui di antara keutamaan dan adab-adab doa di atas, maka sudah seyogiyanya bagi seorang muslim untuk selalu memanjatkan doa kapan dan di manapun ia berada sebab dengan ia berdoa maka pada hakikatnya ia beribadah kepada Allah. Oleh karena itu, Ibnul Jauzi pernah berkata: “Sesungguhnya doa seorang muslim itu tidak akan ditolak, cuman boleh jadi ditangguhkannya dan atau digantikan dengan (sesuatu yang lain dari permintaannya) itu lebih bermanfaat baginya baik sekarang atau masa yang akan datang (di akhirat), oleh karena itu tidak pantas bagi seorang hamba meninggalkan doa sebab pada hakikatnya ia beribadah melalui doa sebagaimana ia beribadah dengan menyerahkan diri tatkala berdoa”.
Wallahu A’lam.
Sumber : Markaz Inayah