Kolaborasi dalam Dakwah & Tarbiyah

Segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad ﷺ, beserta keluarga dan para sahabatnya. Amma ba’du.

Di tengah hiruk pikuk peristiwa dunia—perang, kudeta, krisis, dan kekacauan politik—banyak orang sibuk menganalisis sebab dan akibat dari kejadian-kejadian besar. Namun, seorang mukmin hendaknya melampaui analisa lahiriah, dengan menyadari bahwa semua terjadi di bawah kehendak dan hikmah Allah. Di balik segala kekacauan, ada sunnatullah (hukum Allah) yang terus berlaku: ketika orang zalim dihukum oleh sesama orang zalim.

Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah pernah berkata:

“Jika kamu melihat orang zalim membalas orang zalim lainnya, maka berhentilah dan lihatlah dengan penuh keheranan.”(Al-Baghawi, Syarh al-Sunnah, 14/326)

Allah ﷻ berfirman:

“Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang zalim itu menjadi teman bagi sebagian yang lain, disebabkan apa yang mereka usahakan.”(QS. Al-An‘am: 129)

Imam Ibn Katsir rahimahullah menafsirkan:

“Kami jadikan sebagian dari mereka sebagai hukuman bagi sebagian yang lain. Kami siksa sebagian mereka dengan sebagian lainnya, sebagai balasan atas kezaliman dan kedurhakaan mereka.”(Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, 3/245)

Imam Al-Qurthubi rahimahullah menambahkan:

“Ayat ini adalah ancaman bagi orang zalim; jika ia tidak berhenti dari kezalimannya, maka Allah akan menimpakan atasnya orang zalim lainnya.”(Al-Qurthubi, Al-Jami‘ li Ahkam al-Qur’an, 7/77)

Jatuhnya Baghdad oleh Hulagu Khan

Sejarah mencatat bahwa Dinasti Abbasiyah di Baghdad, meski awalnya menjadi simbol kejayaan Islam, pada akhir kekuasaannya dipenuhi oleh kemewahan, intrik, dan kezaliman internal. Pada tahun 1258 M, Hulagu Khan—panglima Mongol dan cucu Jenghis Khan—menyerbu Baghdad. Kota yang dulu menjadi pusat ilmu dan peradaban Islam itu dihancurkan. Diperkirakan ratusan ribu penduduk dibunuh, termasuk ulama dan cendekiawan. Khalifah terakhir Abbasiyah di Baghdad, Al-Musta’shim, dieksekusi secara kejam. (Lihat: Ibn al-Tiqtaqa, Al-Fakhri fi al-Adab al-Sulṭaniyyah, hlm. 222; Ibn al-Atsir, Al-Kamil fi al-Tarikh, 12/203)

Namun siapa sangka? Kekaisaran Mongol itu sendiri tidak lama kemudian terpecah dan melemah karena konflik internal antar sesama penguasa mereka. Bahkan, beberapa keturunan mereka masuk Islam dan justru menjadi pembela Islam di wilayah lain.

Inilah bentuk nyata dari sunnatullah: kezaliman akan saling menghancurkan satu sama lain, dan itu menjadi kelegaan bagi orang-orang yang tertindas.

Syaikhul Islam Ibn Taimiyah rahimahullah berkata

“Apabila orang-orang zalim saling memerangi, maka sebagian dari mereka akan menindas sebagian yang lain, dan di dalam hal itu terdapat jalan keluar (kelegaan) bagi orang-orang yang tertindas.”(Ibn Taimiyah, Majmu‘ al-Fatawa, 28/546)

Hikmah di Balik Semua Takdir

Jangan sangka bahwa Allah membiarkan kezaliman terus berlangsung tanpa perhitungan. Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

“Sesungguhnya Allah memberi waktu (tangguh) kepada orang zalim. Namun ketika Dia mengazabnya, maka Dia tidak akan melepaskannya.”

Kemudian beliau membaca:

“Dan demikianlah azab Tuhanmu apabila Dia mengazab suatu negeri yang penduduknya zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu sangat pedih dan keras.”(QS. Hud: 102), HR. Al-Bukhari no. 4686; Muslim no. 2583

Ibnu Qayyim al-Jauziyah rahimahullah berkata:

“Barangsiapa yang memiliki kecerdasan dan memikirkan hal ini dengan mendalam, maka ia akan melihat hikmah Ilahiyah berjalan dalam segala hal—baik dalam takdir maupun perintah-Nya—secara jelas maupun tersembunyi… seluruh takdir dan ketetapan Allah Ta‘ala terjadi dengan sebaik-baik bentuk hikmah dan kebenaran.” (Ibn al-Qayyim, Shifa’ al-‘Alil, hlm. 243)

Penutup: Bersabarlah, Kemenangan Dekat

Wahai orang-orang yang tertindas, bersabarlah. Jangan mengira bahwa kekuasaan zalim akan abadi. Ketahuilah bahwa Allah sedang menyusun waktu terbaik untuk menghancurkan kezaliman dengan kezaliman itu sendiri. Dan setelah itu, bumi akan diwarisi oleh orang-orang yang bertakwa.

Allah ﷻ berfirman:

“Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi, dan hendak menjadikan mereka pemimpin, serta menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi).”(QS. Al-Qashash: 5)

Penulis: Ustaz Ridwan Nursalam, Lc., M.A., Lc., MA

Media Partners Dakwah

Artikulli paraprakTawakal: Kekuatan Sejati di Balik Kelemahan Manusia

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini