Kolaborasi dalam Dakwah & Tarbiyah

OPINI – Wajar saja pertanyaan tersebut muncul dengan melihat fenomena kenakalan remaja yang seringkali terjadi, membuat kita khawatir akan keadaan generasi muda yang kelak akan menjadi penerus bangsa. Generasi yang diharapkan akan menuju “Indonesia Emas 2045”, tetapi harapan tersebut pupus dengan fakta yang ada.

Namun, ini bukan persoalan tentang kenakalan remaja, bahkan bisa lebih parah, yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas pada generasi muda kita.

Pada tanggal 18 April 2024 yang lalu, Menkopolhukam, Hadi Tjahjanto, mengungkapkan bahwa korban kasus pornografi anak mulai dari tingkat PAUD hingga SMA selama empat tahun sebanyak 5.566.015 kasus. Dan Indonesia masuk peringkat 4 secara internasional dan peringkat 2 dalam regional ASEAN. Pada data tersebut telah memberikan kita gambaran betapa mengkhawatirkannya kondisi generasi muda bangsa.

Awal mula kondisi buruk ini, menurut penulis, terjadi ketika Indonesia dilanda Pandemi Covid-19. Pada saat itu generasi muda kita “dipaksa” oleh keadaan yang mengharuskan mereka menggunakan teknologi untuk mengikuti pembelajaran secara virtual. Penggunaan teknologi memang memiliki banyak dampak positif, tetapi juga memiliki banyak pengaruh negatif. Semua itu tergantung pada penggunanya. Namun, generasi muda kita pada saat itu cenderung terpengaruh pada dampak negatifnya. Karena kurangnya pengawasan pada penggunaan teknologi dan minimnya pengetahuan akan dampak buruk yang akan dialami ke depannya. Banyaknya tontonan yang tidak bermanfaat yang dapat meningkatkan syahwat menjadi pemicu keadaan buruk tersebut bermula.

Tak cukup sampai disitu, banyaknya situs pornografi yang mudah dijangkau oleh siapa saja membuat keadaan generasi muda bangsa memburuk. Pornografi memiliki dampak buruk salah satunya berujung pada tindakan PMO.

Apa itu PMO?

PMO adalah singkatan dari Porn, Masturbate, dan Orgasm, yaitu aktivitas masturbasi sambil menonton film porno sampai mencapai orgasme. Tindakan Inilah yang membuat kualitas generasi penerus bangsa semakin menurun.

Kenapa Harus PMO?

Karena tindakan inilah yang lebih mudah dan banyak dilakukan oleh generasi muda kita. Tindakan PMO berbeda dengan kenakalan remaja, yang faktor penyebab utamanya adalah kondisi lingkungan. Berbanding terbalik dengan PMO yang justru kebanyakan pelakunya adalah mereka yang jarang berinteraksi pada dunia luar. PMO memiliki banyak dampak buruk di antaranya kecanduan, menurunnya rasa percaya diri, meningkatkan potensi masalah mental, dan dampak yang paling parah adalah dapat merusak otak. Seperti yang dikatakan Dr. Mark B. Kastleman, Pakar Adiksi Pornografi dari USA bahwa banyak orang yang mengabaikan dampak pornografi, padahal efek negatifnya lebih besar daripada narkoba dalam hal merusak otak. Tak hanya itu, pecandu pornografi juga lebih sulit dideteksi ketimbang pecandu narkoba,” (Halodoc). Dan masih banyak lagi dampak buruk yang akan timbul jika seseorang kecanduan PMO.

Bagaimana Cara Mengatasinya?

Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk mencegah tindakan buruk tersebut sampai kepada generasi muda yang belum pernah melakukannya, di antaranya melakukan sosialisasi ke sekolah tentang cara menggunakan teknologi berupa gadget dengan baik dan benar atau bisa juga sosialisasi tentang dampak buruk dari Pornografi bagi kesehatan dan masa depan. Cara lain agar kita terhindar dari tindakan PMO di antaranya menggunakan waktu luang dengan hal-hal yang bermanfaat seperti melakukan olahraga, bijak dalam menggunakan sosial media, meningkatkan Ibadah kepada Allah dan yang paling penting adalah menjaga pandangan dari hal-hal yang dapat meningkatkan birahi.

Adapun cara yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mencegah anaknya agar tidak terjerumus pada tindakan buruk ini dengan cara memasukkan sang anak ke dalam pondok pesantren. Karena, kehidupan di pondok pesantren banyak mengajarkan hal-hal yang menuju pada kebaikan, baik itu kebaikan dunia maupun akhirat, dan yang terpenting adanya batasan bagi santri dalam menggunakan teknologi.

Akan tetapi, semua cara ini bisa diibaratkan hanya seperti batang rumput jika kita ingin mematikan sebuah rumput tidak cukup dengan memotong batangnya saja tapi kita harus mencabut hingga ke akarnya. Akar dari penyebab kondisi buruk ini terjadi adalah kurang bijaknya seseorang dalam memilih tontonan dan menggunakan media sosial dengan lebih selektif. Menjaga pandangan dari tontonan buruk di media sosial membantu melindungi moral, mental, dan perilaku seseorang. Seperti yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an Surah An-Nur ayat 30

قُل لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا۟ مِنْ أَبْصَٰرِهِمْ وَيَحْفَظُوا۟ فُرُوجَهُمْ ۚ ذَٰلِكَ أَزْكَىٰ لَهُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا يَصْنَعُونَ

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menah pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bag mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.”

Selain itu banyaknya situs pornografi yang mudah dijangkau bahkan sekelas anak Sekolah Dasar pun bisa untuk mengaksesnya menjadi alasan meningkatnya kasus pornografi di Indonesia.

Saya berharap jika memang Pak Presiden ingin mencapai visinya yaitu “Bersama Indonesia Maju, Menuju Indonesia Emas 2045”, setidaknya bapak juga harus memperhatikan masalah atau hal-hal yang dapat membuat visi bapak ke depannya tidak tercapai (terhambat), seperti apa yang kita bahas sekarang. Bukan cuman sekadar masalah tercukupinya gizi generasi penerus bangsa, tetapi juga tentang masalah-masalah yang menjadi penyebab kualitas penerus bangsa semakin menurun.

Demi menjaga kualitas generasi muda bangsa saya berharap Kominfo (Komdigi) dapat meningkatkan pengawasan serta menegasi konten yang tidak sesuai dengan norma dan nilai bangsa. Namun, kesadaran diri juga penting untuk menjauhi tontonan yang tidak baik. Mari kita menjaga pandangan dan gunakan media sosial dengan bijak.

Penulis: Muh. Rafly Syahrir
(Siswa Kelas XI SMA Al Quran Wahdah Islamiyah Kendari)

Media Partners Dakwah

Artikulli paraprakTerkesan dengan Sikap Kritis Santri Ponpes WI Kendari, Wakil Wali Kota: Ini Referensi Berharga untuk Rancang Kebijakan
Artikulli tjetërGaza Kembali Dibombardir, Wahdah Islamiyah Sultra Himpun Rp 303 Juta untuk Palestina Hingga Gerakan 1000 Bulan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini