Kolaborasi dalam Dakwah & Tarbiyah

KENDARI – Ustaz Syaiful Yusuf, Lc., M.A menyatakan bahwa keluarga memiliki tiga fungsi utama, yakni sebagai Madrasah, Ma’wah, dan Markaz. Hal itu disebutkannya dalam Ceramah Parenting pada Wisuda Hifzul Quran dan Penamatan Yayasan Pendidikan Wahdah Islamiyah (YPWI) Kendari, di Balroom Hotel Zahrah Syariah Kendari, Sabtu (1/6/2024).

Anggota Komisi Fatwa MUI Sultra tersebut menjelaskan bahwa orang tua merupakan guru pertama bagi setiap individu, karena merekalah yang hadir sejak awal kehidupan, memberikan pengetahuan dan menjadi teladan.

Ket: Ustaz Syaiful Yusuf, Lc., MA

“Guru pertama bagi setiap kita adalah orang tua kita. Mereka yang menemani kita sejak lahir, memberikan ilmu dan menjadi contoh bagi kita. Orang tua memberikan ilmu dan menjadi qudwah (teladan) bagi anak-anaknya. Sentuhan pendidikan dan contoh yang diberikan oleh orang tua sangat berpengaruh pada perkembangan anak-anak,” tuturnya.

Itulah sebabnya mengapa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam memerintahkan laki-laki untuk menikahi perempuan yang baik agamanya. Ia bersabda :

تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ لِمَالِهَا، وَلِحَسَبِهَا، وَجَمَالِهَا، وَلِدِينِهَا، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ

Wanita itu dinikahi karena empat hal, yaitu: harta, keturunan, kecantikan, dan agamanya. Pilihlah wanita yang taat beragama, maka engkau akan berbahagia.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ustaz Syaiful menekankan pentingnya memilih pasangan hidup berdasarkan nilai-nilai yang baik, seperti agama dan karakter, daripada hanya faktor materi atau penampilan fisik semata.

Kebahagiaan dalam pernikahan tidak hanya tergantung pada hal-hal duniawi semata,” tegasnya.

Ustaz Syaiful kembali menyitir hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

إذا أتاكم من ترضون دينه وخُلُقه فزَّوجوه

Jika datang kepada kalian seorang lelaki yang kalian ridhai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia.” (HR. Tirmidzi)

“Mengapa Nabi menekankan bahwa akhlak merupakan bagian integral dari ajaran agama?”. Menjawab pertanyaan tersebut, Ustaz Syaiful Yusuf mengutip penjelasan ulama bahwa akhlak sangat penting untuk menjadi pertimbangan seorang perempuan dalam menerima laki-laki menjadi suaminya karena dia akan hidup bahagia dengan suami yang berakhlak mulia dan anak-anak mereka nantinya akan mendapatkan qudwah dari akhlak orang tuanya.

“Itulah mengapa setiap orang tua harus menyadari fungsi keluarga yang disebutkan dalam 3 M, yakni Madrasah, Ma’wah, dan Markaz,” ujarnya.

Keluarga sebagai Madrasah (Sekolah)

Keluarga adalah sekolah bagi anak, di mana ayah dan ibu menjadi guru pertama bagi mereka.

“Terutama bagi para ibu, karena mereka memiliki hubungan yang paling dekat dengan anak-anaknya. Seperti ibarat keluarga adalah sekolah, ibu adalah guru kelasnya dan ayah adalah kepala sekolahnya. Semua bertanggung jawab atas pendidikan anak-anaknya, tetapi ibu yang paling banyak berinteraksi dengan anak-anaknya,”

Maka, Ibu biasa disebut dalam istilah para Ulama sebagai Al Madrasah Al Ula, “Ibu adalah sekolah pertama bagi seorang anak”.

Guru itu mempunyai 2 tugas utama yaitu memberikan ilmu dan mendemonstrasikan contoh. Baik itu guru-guru di rumah maupun guru-guru di sekolah.

“Jadi mencakup semua nanti, orang tua sebagai guru di rumah dan Bapak/Ibu, Ustaz/Ustadzah sebagai guru di sekolah itu punya 2 tugas utama. Pertama, memberikan ilmu yang dia miliki, diajarkan kepada anak didiknya. Kedua, menunjukkan, mendemonstrasikan contoh yang baik, khudwah Sholihah kepada anak-anaknya,” jelasnya.

“Oleh karena itu, orang tua sebagai pendidik di rumah, sebagai guru pertama, diharapkan menjalankan peran utama keluarga sebagai madrasah. Dua hal utama yang mereka berikan kepada anak-anak adalah contoh teladan yang baik dan pengajaran ilmu,” imbuhnya.

Keluarga sebagai Ma’wah (Tempat Bernaung)

Rumah tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal yang melindungi dari cuaca dan sinar matahari.

“Tempat tinggal yang memang dirindukan, tempat tinggal yang menyenangkan, tempat tinggal yang menyenangkan tidak harus mewah. Bukanlah kemewahan yang mejadikan tempat tinggal kita itu menjadi menyenangkan, bukanlah kemegahan yang menjadikan tempat tinggal kita itu  menjadi dirindukan tapi yang menjadikan rumah kita dirindukan, dicintai dan menyenangkan adalah suasana yang terdapat dalam rumah tersebut.” jelas Ustaz Syaiful.

Anggota Dewan Syariah Wahdah Islamiyah itu juga menjelaskan bahwa rumah yang nyaman bukanlah tentang kemewahan fisiknya, melainkan interaksi hangat antara anggota keluarga. Sebagaimana rumah Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam, meski sederhana, menjadi tempat yang dirindukan karena kedamaian dan keberkahan di dalamnya.

“Muamalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam kepada istri-istri beliau kepada anak-anak beliau yang begitu mulia. Akhlak seorang suami kepada istri, akhlak seorang ayah kepada anak-anaknya menjadikan rumah beliau sebagai surga bagi penghuninya,” ujarnya.

Oleh karena itu, jika suasana seperti ini hadir dalam rumah kita, lanjutnya, maka rumah itu akan menjadi surga bagi penghuninya. Meskipun sederhana, tapi suasana islami dengan ketaatan kepada Allah dan akhlak yang ditunjukkan antara sesama anggota keluarga adalah yang membuat rumah menjadi tempat yang menyenangkan.

Keluarga sebagai Markaz (Perjuangan)

Rumah merupakan tempat dimana kita mengajarkan anak-anak untuk menjadi pejuang Islam, memiliki kesadaran dalam menjalankan dan menyebarkan ajaran Islam. Hal ini merupakan fungsi ketiga rumah. Penting untuk menjaga suasana Islami di rumah agar terus terpelihara. Sebagaimana Lukman mengajarkan kepada anaknya sejak kecil untuk amar ma’ruf dan nahi mungkar.

يَٰبُنَىَّ أَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ وَأْمُرْ بِٱلْمَعْرُوفِ وَٱنْهَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَٱصْبِرْ عَلَىٰ مَآ أَصَابَكَ

Wahai anakku tersayang, dirikanlah shalat dan serulah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.” (Q.S. Lukman: 17).

Anak-anak perlu diajarkan untuk menegakkan shalat, mendorong kebaikan, dan menghindari keburukan sejak usia dini. Lukman mencontohkan bagaimana anak-anak sejak kecil harus dididik untuk memperjuangkan agama dengan mendorong kebaikan dan mencegah keburukan di antara sesama mereka.

Anak kita itu sudah harus punya kepedulian untuk menyuruh kepada yang baik dan melarang teman-temannya berbuat kemungkaran, bahkan lebih daripada itu Lukman sudah mengajarkan kepada anaknya,” imbau Ustaz Syaiful.

Keluarga harus menjadi pusat pendidikan untuk mendidik anak-anak menjadi pejuang kebenaran, agar mereka kuat dalam mempertahankan prinsip-prinsip dan menghadapi tantangan dunia yang kompleks di masa depan.

“Maka keluarga harus menjadi markaz, pusat pendidikan bagi para pejuang. Anak-anak kita akan menghadapi dunia yang tidak selalu lurus, banyak yang bengkok di hadapannya, tidak selalu hitam dan putih. Jika tidak dididik sejak kecil menjadi pejuang kebenaran, mereka bisa menjadi korban lingkungan dan tantangan yang dihadapi. Mereka harus terdidik untuk mempertahankan prinsip dan bersabar menghadapi risiko dalam menyebarkan kebaikan serta menolak kemungkaran.” pungkasnya.

Laporan : Aliadin
Editor : MAIM

Media Partners Dakwah

Artikulli paraprakIngatkan Guru Terus Doakan Santri Lulusan YPWI Kendari, Ustaz Ikhwan Kapai: “Meskipun Mereka Telah Pergi Hauh, Tapi Mereka Harus Tetap Dekat di Hati Kita
Artikulli tjetërWahdah Islamiyah Kolaka dan RS Benyamin Guluh Adakan Program Kerohanian untuk Pasien

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini