ARTIKEL ISLAM – Ucapan selamat dalam bahasa fikih disebut at-tahni-ah (التهنئة) yang kemudian melebur ke dalam bahasa Melayu menjadi tahniyah. Adapun terkait dengan ucapan selamat atas pergantian tahun, secara khusus tahun dalam penanggalan Hijriyah, maka terdapat 3 bagian penjelasan sebagaimana berikut:
- Boleh
Alasan utama yang membolehkan mengucapkan “Selamat Tahun Baru” pada penanggalan Hiriyah karena menganggap hal ini masuk pada perkara adat (budaya), bukan perkara ibadah, sehingga mengambil hukum asal dari budaya adalah Boleh. Selain itu juga, hal ini dianggap sebagai cara untuk memasukkan kebahagiaan ke dalam hati seorang muslim. Di antara ulama yang berpendapat kebolehan hal ini adalah Syekh Abdul Karim Al-Khudhoir. Bagi beliau, tidak ada dalil yang melarang tahni-ah seperti ini, tidak pula ada dalil yang memerintahkan. Saat menukil pernyataan Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullah,
لا ابتدئ بالتهنئة فإن ابتدأني أحد أجبته
“Aku tidak memulai tahni-ah. Akan tetapi, jika ada orang yang mengucapkan tahni-ah kepadaku, maka akan aku respon baik.”
Syekh lalu menjelaskan,
لأن جواب التحية واجب وأما الابتداء بالتهنئة فليس سنة مأمورا بها ولا هو أيضا مما نهي عنه
“Karena menjawab ucapan selamat itu kewajiban. Adapun memulai ucapan selamat (tahun baru), bukan termasuk sunnah yang diperintahkan, namun bukan pula termasuk perbuatan yang dilarang” (Islamqa.info).
- Tidak Boleh
Para ulama yang tidak memperbolehkan ucapan seperti ini karena menggangap hal tersebut menyerupai perbuatan orang kafir dalam menyambut tahun baru mereka (tasyabbuh bil kuffar). Selain itu, juga masuk ke ranah bid’ah karena tidak pernah dilakukan oleh Nabi dan sahabat, padahal sebabnya ada di zaman beliau dan tidak ada penghalang untuk melakukannya.
Di antara yang berpendapat ini adalah Syekh Shalih Al Fauzan dan Syekh Ali bin Abdul Qodir Assegaf (pengasuh situs Ilmiyah dorar.net) –hafidzohumallah–
- Boleh Merespon Ucapan, Tapi Tidak Boleh Mengawali
Untuk pendapat ini, maka terdapat sangat banyak pendapat para ulama yang mendukungnya, di antaranya adalah Al imam As Suyuthi rahimahullah yang berkata :
أن الحافظ أبا الحسن المقدسي سئل عن التهنئة في أوائل الشهور والسنين أهو بدعة أم لا؟ فأجاب بأن الناس لم يزالوا مختلفين في ذلك قال: والذي أراه أنه مباح ليس بسنة ولا بدعة.
“Bahwasanya al Hafidz Ibnul Hasan al Maqdisi ditanya tentang ucapan selamat untuk awal bulan baru atau tahun baru apakah itu bidah atau bukan, maka beliau menjawab : ‘Maka hendaknya hal itu dijawab karena masalah ini orang-orang telah berbeda pendapat. Dan ada yang berpendapat bahwa hal ini adalah perkara mubah, bukan sunnah dan bukan juga bid’ah.” (Al Hawi fil Fatawa ( 1/95))
Senada dengan hal tersebut, Al Hafidz al Anshari rahimahullah berkata :
لم أر لأصحابنا كلاما في التهنئة بالعيد والأعوام والأشهر كما يفعله الناس، لكن نقل الحافظ المنذري عن الحافظ المقدسي أنه أجاب عن ذلك بأن الناس لم يزالوا مختلفين فيه، والذي أراه أنه مباح لا سنة فيه ولا بدعة
“Al-Qamuliy berkata : aku tidak melihat adanya perbincangan dari salah seorang shahabat-shahabat kami mengenai ucapan selamat (tahni’ah) untuk hari raya, ucapan selamat untuk tahun dan bulan tertentu, sebagaimana yang terbiasa dilakukan oleh masyarakat, tetapi dinukil dari al Hafidz al Mundziri dari al Hafidz al Maqdisi bahwa ia menjawab tentang hal itu sebab masyarakat selalu berbeda-beda mengucapkan hal tersebut dan aku memandangnya adalah mubah, tidak sunnah dan tidak bid’ah.” (Asna’ Mathalib (1/287))
Ulama-ulama besar di Saudi Arabia pun memiliki pendapat yang sama tentang hal ini. Seperti Syekh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di yang mengatakan bahwa :
مسألة التهنئة بالعام الجديد وما أشبهها مبنية على أصل عظيم نافع وهو أن الأصل في جميع العادات القولية والفعلية الإباحة والجواز فلا يحرم منها ولا يكره إلا ما نهى عنه الشارع أو تضمن مفسدة شرعية وهذا الأصل الكبير قد دل عليه الكتاب والسنة في مواضع وذكره شيخ الإسلام ابن تيمية وغيره
فهذه الصور المسؤول عنها وما أشبههامن هذا القبيل فإن الناس لم يقصدوا التعبد بها وإنما هي عوائد وخطابات وجوابات جرت بينهم في مناسبات لا محذور فيها بل فيها مصلحة دعاء المؤمنين بعضهم لبعض بدعاء مناسب وتألف القلوب كما هو مشاهد
أما الإجابة لمن هنأ بالعام الجديد فالذي نرى أنه بجب عليه أن يجيبه بالجواب المناسب مثل الأجوبة بينهم لأنها من العدل ولأن ترك الإجابة يوغر الصدور ويشوس الخواطر
“Masalah tahni’ah atau doa ucapan selamat tahun baru dan yang semisalnya, hal itu dibangun di atas kaidah yang agung yaitu hukum asal seluruh adat dan kebiasaan, baik dalam bentuk perkataan maupun perbuatan adalah boleh. Tidak dihukumi haram ataupun makruh kecuali jika syariat melarangnya atau mengandung kerusakan secara syar’i.
Pokok kaidah agung ini ditunjukkan oleh al Qur’an dan as Sunnah dalam banyak tempat. Demikian pula disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan ulama yang lain.
Gambaran permasalahan yang ditanyakan itu termasuk dalam kaidah ini, karena manusia tidak mengucapkan tahni’ah dengan tujuan ibadah. Hal itu hanyalah teranggap sebagai bentuk interaksi dan komunikasi diantara mereka pada momen-momen tertentu.
Tidak ada pelanggaran syariat di dalamnya, bahkan di sana terdapat maslahat yaitu doa sebagian mukminin kepada mukminin yang lain dengan doa-doa yang baik. Hal itu dapat menumbuhkan kecintaan dalam hati sebagaimana yang kita saksikan.
Adapun tentang hukum menjawab bagi orang yang diberi ucapan tahni’ah (doa selamat) tahun baru, kami berpendapat ia wajib menjawab doa tersebut dengan doa yang baik, seperti yang biasa mereka lakukan, karena hal itu termasuk perbuatan adil. Alasan lain, karena tidak menjawab tahni’ah menyebabkan kebencian dalam hati dan merusak tatanan persaudaraan.” (Al Majmu’ah Al Kamilah li Muallafat As Sa’di hal. 348)
Begitu pula dengan Syaikh Muhammad bin Sholih al Utsaimin salah satu ulama kibar dari Saudi Arabian juga berkata :
أرى أن بداية التهنئة في قدوم العام الجديد لا بأس بها ولكنها ليست مشروعة بمعنى: أننا لا نقول للناس: إنه يسن لكم أن يهنئ بعضكم بعضاً، لكن لو فعلوه فلا بأس، وإنما ينبغي له أيضاً إذا هنأه في العام الجديد أن يسأل الله له أن يكون عام خيرٍ وبركة فالإنسان يرد التهنئة. ..وهي من الأمور العادية وليست من الأمور التعبدية
“Aku berpendapat bahwa memulai mengucapkan selamat untuk tahun baru itu tidak mengapa, namun itu tidak masuk ke dalam syariat dalam artian : Kita tidak mengatakan kepada orang-orang bahwa disunnahkan untuk saling mengucapkan selamat.
Namun jika ada yang mengucapkannya maka itu tidak mengapa. Dan hendaknya juga diucapkan kepadanya selamat tahun baru semoga tahun ini menjadi tahun yang baik dan berkah, maka hendaknya seseorang menjawab tahniah tersebut. Ini hanyalah masalah kebiasaan tidak masuk ke ranah ibadah (ritual).” (Liqa Bab al Mahtuh (10/93).)