Artikel Islam – Kebaikan yang dilakukan oleh seorang hamba, baik yang besar ataupun yang kecil, tidak akan pernah terluput dari Allah ﷻ , termasuk langkah kaki yang diayunkan untuk kebaikan di jalan Allah ﷻ. Semua kebaikan tersebut tercatat dan akan mendapatkan balasan, sebagaimana firman Allah ﷻ,
اِنَّا نَحْنُ نُحْيِ الْمَوْتٰى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوْا وَاٰثَارَهُمْۗ وَكُلَّ شَيْءٍ اَحْصَيْنٰهُ فِيْٓ اِمَامٍ مُّبِيْنٍ ࣖ – ١٢
“Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yang jelas (Lauh Mahfuzh).” (QS. Yasin : 12)
Dari ayat tersebut kita bisa melihat bagaimana setiap amalan yang dilakukan oleh seorang hamba, baik itu kebaikan maupun keburukan, tidaklah luput dari pengawasan dan pencatatan Allah ﷻ.
Ulama kita menjelaskan makna terkait dari kalimat “Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan” adalah bahwa Allah ﷻ mencatat bekas jejak kaki mereka, karena makna آثَارَ dalam bahasa Arab bermakna bekas jejak kaki yang telah dipijak. Sehingga kebaikan yang pernah dilakukan oleh seorang hamba berupa jejak kaki, langkah-langkah dalam kebaikan maupun keburukan tidak luput dalam pengawasan dan pencatatan Allah ﷻ.
Di ayat yang lain Allah ﷻ berfirman,
وَلَا يَقْطَعُونَ وَادِيًا إِلَّا كُتِبَ لَهُمْ لِيَجْزِيَهُمُ اللَّهُ أَحْسَنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ 121
“Dan tidak (pula mereka) melintasi suatu lembah (berjihad), kecuali akan dituliskan bagi mereka (sebagai amal kebajikan), untuk diberi balasan oleh Allah (dengan) yang lebih baik daripada apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. At-Taubah : 121)
Kita bisa melihat kalaulah setiap langkah kaki seorang mujahid di jalan Allah ﷻ dicatat, apatah lagi amalan kebaikan dan pengorbanan. Begitu juga langkah menuju kemaksiatan dan amalan keburukan tidak luput dalam pengawasan dan pencatatan Allah ﷻ.
Oleh karenanya seorang mukmin yang cerdas berusaha meninggalkan jejak-jejak kebaikan yang pahalanya terus mengalir bahkan setelah meninggal dunia yaitu amal jariyah yang dimana pahala terus mengalir meskipun seseorang telah meninggal dunia.
Ulama kita menjelaskan tatkala seorang hamba meninggal dunia kemudian meninggalkan kebaikan-kebaikan yang bisa terus dirasakan manfaatnya bagi kaum muslimin berupa amal jariyah atau kebaikan yang lainnya, mulailah umur kedua berjalan kepada orang tersebut. Di antaranya adalah pahala sedekah pembangunan masjid yang masjid tersebut terus dimanfaatkan untuk beribadah apatah lagi masjid tersebut tidak hanya dimanfaatkan untuk beribadah tetapi ibadah lainnya berupa pengajaran Al-Qur’an, dakwah dan tarbiyah, juga pahala mengajarkan seseorang mengaji dan pahala dari anak solih yang senantiasa mendoakan kedua orang tuanya, sebagaimana sabda Rasulullahﷺ
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Apabila salah seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah segala amalannya kecuali tiga perkara; sedekah jariyah, ilmu yang bermanfa’at baginya dan anak shalih yang selalu mendoakannya.”(H.R. Muslim no. 1631)
Dan juga dalam hadis yang lain disebutkan amal jariyah yang lainnya sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِمَّا يَلْحَقُ الْمُؤْمِنَ مِنْ عَمَلِهِ وَحَسَنَاتِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ عِلْمًا عَلَّمَهُ وَنَشَرَهُ وَوَلَدًا صَالِحًا تَرَكَهُ وَمُصْحَفًا وَرَّثَهُ أَوْ مَسْجِدًا بَنَاهُ أَوْ بَيْتًا لِابْنِ السَّبِيلِ بَنَاهُ أَوْ نَهْرًا أَجْرَاهُ أَوْ صَدَقَةً أَخْرَجَهَا مِنْ مَالِهِ فِي صِحَّتِهِ وَحَيَاتِهِ يَلْحَقُهُ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِ
Dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya kebaikan yang akan mengiringi seorang mukmin setelah ia meninggal adalah ilmu yang ia ajarkan dan sebarkan, anak shalih yang ia tinggalkan dan Al-Qur’an yang ia wariskan, atau masjid yang ia bangun, atau rumah yang ia bangun untuk ibnu sabil, atau sungai yang ia alirkan (untuk orang lain), atau sedekah yang ia keluarkan dari harta miliknya dimasa sehat dan masa hidupnya, semuanya akan mengiringinya setelah meninggal.” (H.R. Ibnu Majah no. 242)
Tatkala seorang hamba menjadi pelopor kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala dari yang mengamalkan kebaikan yang ia telah contohkan tersebut, sebagaimana sabda Rasulullahﷺ ,
مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً، فَلَهُ أَجْرُهَا، وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ
“Barangsiapa yang memulai mengerjakan perbuatan baik dalam Islam, maka dia akan memperoleh pahalanya dan pahala orang yang mencontoh perbuatan itu, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun.” (HR. Muslim:1017)
Sebaiknya tatkala seorang hamba menjadi pelopor dalam keburukan maka dia akan mendapatkan dosa yang dilakukan dan dosa orang yang mengikutinya sebagaimana sabda Rasulullahﷺ ,
وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً، كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ
“Dan barangsiapa yang memulai kebiasaan buruk, maka dia akan mendapatkan dosanya, dan dosa orang yang mengikutinya dengan tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.” (HR. Muslim: 1017)
Rasulullah ﷺ juga bersabda,
لَيْسَ مِنْ نَفْسٍ تُقْتَلُ ظُلْمًا، إِلَّا كَانَ عَلَى ابْنِ آدَمَ الأَوَّلِ كِفْلٌ مِنْ دَمِهَا لِأَنَّهُ أَوَّلُ مَنْ سَنَّ القَتْلَ أَوَّلًا
“Tidaklah seseorang dibantai secara zalim, selain anak Adam pertama turut menanggung dosanya, karena dia yang pertama melakukannya (mencontohkannya).” (HR. Bukhari:. 7321)
Kita bisa melihat bagaimana bahaya menjadi contoh dalam keburukan, anak Nabi Adam ‘alaihi salam yang bernama Qabil membunuh saudaranya Habil akibatnya dia tidak hanya menanggung dosa pembunuhan yang dilakukan akan tetapi semua pembunuhan yang terjadi setelahnya yang jumlahnya ratusan jiwa karena dia mencontohkan pembunuhan yang pertama kali dan tidak bertaubat dari dosa yang dilakukan.
Oleh karenanya Mudah-mudahan Allah ﷻ menjadikan kita semua sebagai pelopor-pelopor kebaikan dan terhindar untuk menjadi pelopor keburukan.
Oleh: Muhammad Hassanal, S.H. (Ketua Dep. Dakwah Wahdah Islamiyah Sultra)