PALESTINA – Seorang dokter yang bertugas di Gaza mengungkapkan kesaksian memilukan mengenai situasi yang dialami warga Palestina akibat serangan Israel. Menurutnya, jumlah korban begitu besar sehingga membuat tenaga medis kewalahan dalam menangani para korban.
Dr. Mohammad Ashraf, seorang dokter darurat asal Palestina, bertugas selama 45 hari di Rumah Sakit Al-Shifa, Gaza. Dia juga menjadi koordinator proyek bantuan medis dari organisasi Turki, Yeryuzu Doktorlari.
Ashraf sebelumnya mengikuti pelatihan penanganan korban massal yang diselenggarakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang mempersiapkannya untuk menangani hingga 90 korban per jam. Namun, serangan Israel terhadap Gaza jauh melampaui kapasitas tersebut.
“Selama serangan terhadap Rumah Sakit Baptis Al-Ahli, kami menerima 500 korban hanya dalam waktu 25 menit di RS Al-Shifa,” ujar Ashraf dalam wawancaranya dengan Anadolu Agency pada Minggu, 22 September 2024.
Ledakan jumlah korban ini membuat RS Al-Shifa kewalahan. Rumah sakit tersebut sudah kekurangan peralatan medis, listrik, bahan bakar untuk generator, serta kebutuhan penting lainnya akibat blokade Israel.
Ashraf juga mencatat bahwa tekanan yang dirasakan tenaga medis di Gaza sangat luar biasa. Sejak 7 Oktober, setidaknya 500 petugas medis tewas dan 1.500 lainnya terluka. “Lebih dari 300 orang juga ditangkap oleh pasukan Israel,” tambahnya berdasarkan data terbaru.
Meski menghadapi situasi yang berat, para tenaga medis di Gaza tetap berkomitmen untuk membantu sesama. Beberapa di antaranya bekerja di empat rumah sakit yang masih beroperasi sebagian, yakni RS Kamal Adwan, RS Indonesia, RS Syuhada Al-Aqsa, dan RS Nasser.
Dengan intensitas serangan Israel yang terus meningkat, rumah sakit-rumah sakit di Gaza berfungsi ganda sebagai tempat perlindungan bagi para pengungsi.
Ashraf menceritakan pengalaman pribadi saat sedang merawat seorang pasien yang terluka parah akibat serangan di gedung bersalin, tempat keluarganya berlindung. Ketika dia bergegas ke sana, dia menemukan ibunya, saudara perempuannya, dan anak-anaknya tertutup debu, namun dalam kondisi selamat. Mereka berteriak kepadanya, “Apakah kamu membawa kami ke neraka?”
Saat ini, serangan Israel di Gaza terus berlanjut tanpa pandang bulu. Bahkan, zona aman yang menjadi tempat pengungsian juga dibombardir, mengakibatkan banyak korban di kalangan pengungsi.
Menurut data terbaru dari Kementerian Kesehatan Palestina, hingga Sabtu, serangan Israel dalam 72 jam terakhir telah menewaskan 119 warga Palestina dan melukai 209 lainnya. Jumlah total korban tewas sejak 7 Oktober telah mencapai 41.391 orang, sementara lebih dari 95.760 orang terluka.
“Banyak warga yang masih terjebak di bawah reruntuhan atau terhalang di jalan karena tim penyelamat tidak dapat menjangkau mereka,” tambah laporan tersebut.